Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kelebihan dan Kekurangan Menjadi Bilingual / Multilingual

Kelebihan dan Kekurangan Menjadi Bilingual / Multilingual

Edinburgh, United Kingdom
Berdasar dari lecture (perkuliahan umum) yang disampaikan dosen di sini (Edinburgh), journal article, dan perkuliahan dalam kelas (workshop), berikut saya tulis beberapa kelebihan dan kekurangan menjadi individu bilingual atau multilingual dibandingkan dengan monolingual. Monolingual ialah seseorang yang hanya mampu menggunakan satu bahasa. Bilingual adalah individu yang mampu menggunakan dua bahasa (dengan mudah) secara bergantian, sedang multilingual berarti lebih dari dua bahasa (McArthur 1992: 673). 

Terkait perubahan negatif ataupun positif menjadi individu bilingual/multilingual, dapat dibagi ke dalam 3 sisi: linguistic, cognitive, metacognitive. 
"In essence, metacognition refers to thinking about thinking, or thoughts about thoughts." (Brinol, Petty & Tormala 2004). 
1. Perubahan linguistics

Manfaat menjadi bilingual ialah lebih mudah dalam mempelajari bahasa lainnya. Jika seorang individu yang bahasa ibunya bahasa Indonesia dan telah belajar dan mampu berbahasa Inggris maka untuk mempelajari bahasa lainnya (misal, bahasa Arab dll) akan lebih mudah / cepat baginya dibandingkan individu monolingual. Hal ini dikarenakan bilingual sebelumnya telah mempunyai pengalaman dalam mempelajari suatu bahasa. Atau, dengan kata lain pendidikan bilingual sangat membantu dalam pemerolehan / pembelajaran bahasa ke tiga (L3 acquisition).
Sources: (Valencia & Cenoz 1992), (Thomas 1988), (Cenoz & Valencia 1994; Sanz 2000).(eg, Klein 1995; see review by Cenoz 2003)  (Ramsay 1980; Klein 1995).

2 Perubahan cognitive

Pada awalnya, para peneliti menganggap bahwa menjadi bilingual/multilingual dapat memberikan efek negatif ke pada anak sehingga dulunya orang tua sangat tidak menginginkan anaknya mempelajari lebih dari satu bahasa.

Saat ini, diketahui setidaknya 3 hal umum menjadi kelebihan menjadi seorang bilingual/multilingual. Yang pertama ialah bilingual/multilingual lebih baik dalam "sustaining attention", atau dg kata lain mereka lebih mampu mempertahankan fokus mereka terhadap suatu hal. Dalam konteks proses pembelajaran, anak bilingual/multilingual lebih mampu fokus dl belajar atau fokus memperhatikan seorang guru yg menjelaskan dalam kelas dibanding dg anak yang monolingual. Anak bilingual/multilingual dikatakan lebih cenderung berprestasi dibanding anak yang monolingual. Yang ke dua ialah individu bilingual/multilingual mampu melakukan "multi-tasking", yaitu mampu mengerjakan beberapa aktifitas dalam satu waktu. Bilingual/multilingual mampu menelpon sambil menulis e-mail; sementara seorang monolingual mendapati hal ini sangat sulit. Hal ini dimungkinkan terjadi karena bahasa yang dimiliki individu bilingual/multilingual semuanya selalu aktif dalam melakukan hal apapun; yang kemudian karena hal ini akan ada dampak negatif. Yang ketiga ialah "cognitive reserve", melindungi terhadap penurunan kemampuan kognisi, atau dengan kata lain mereka mempunyai kognisi yang lebih sehat dan lebih bertahan lama. Dibuktikan oleh peniltian bahwa bilingual/multilingual mengalami penundaan terhadap gejala-gejala penyakit alzheimer / dementia. Ketika di-scan, otak orang tua yang bilingual/multilingual nampak lebih baik dibanding dengan yang monolingual.

Dampak negatif dari keadaan selalu aktifnya bahasa-bahasa (repertoire) yang dimiliki individu bilingual/multilingual ialah mereka memiliki pembendaharaan kosakata lebih sedikit di setiap bahasa yang mereka miliki. Jadi, seorang anak bilingual (mampu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, misalkan) mempunyai kosakata bahasa Indonesia lebih sedikit dibanding dg anak Indoenesia yang memang hanya mampu berbahasa Indonesia.

Karena konflik (aktifnya semua bahasa yang dikuasai secara bersamaan) membuat otak individu bilingual/multilingual bekerja lebih berat. Hal ini kemudian membuat individu bilingual/multilingual lebih sering mengalami "lupa kata", yaitu mereka selalu lupa terhadap "nama" suatu objek. Mereka susah untuk mengingat suatu kata (to recall or retrieve words).
Source: Ellen Bialystok` articles

3. Perubahan metacognitive 

Dari segi metacognitive, nampak bahwa individu bilingual/multilingual lebih sensitif terhadap hal-hal terkait budaya dan mereka cenderung lebih kreatif.
Source: Kharkhurin’s work
Kita masih butuh banyak penelitian terutama dalam hal bidang "metacognitive" ini.

References:
Bialystok, E. & Martin, M.M. (2004). Attention and inhibition in bilingual children : Evidence from the dimensional change card sort task, Developmental Science, 7,3, p. 325-339.
Bialystok, E. (2014). Reshaping the mind: The benefits of bilingualism. Research seminar, Newcastle University, 7 February 2014.
Bialystok, E., Schweizer, T.A., Ware, J., Fischer, C.E., & Craik, F.I.M. (2010). Bilingualism as a contributor to cognitive reserve: Evidence from brain atrophy in Alzheimer’s disease. SciVerse ScienceDirect: 991-996.
Brinol, P., Petty, R. E., & Tormala, Z. L. (2004). Self-validation of cognitive responses to advertisements. Journal of consumer research, 30(4), 559-573.
Cenoz, J. & Valencia, J.F. (1994). Additive trilingualism : Evidence from the Basque Country, Applied Psycholinguistics, 15, p. 195-207.
Cenoz, J. (2003). The additive effect of bilingualism on third language acquisition: A review. International Journal of Bilingualism 7: 71-88. 
Klein, E.C. (1995). Second versus third language acquisition: Is there a difference?  Language Learning 45: 419-466. 
McArthur, T. (ed) (1992). The Oxford Companion to the English Language. Oxford: Oxford University Press. 
Ramsay, M. (1980). Language-learning approach styles of adult multilinguals and successful language learners. In Teller, V. & White, S. (eds) Studies in Child Language and Multilingualism. New York, NY: New York Academy of Sciences: 73-96. 
Sanz, C. (2000). Bilingual education enhances third language acquisition: Evidence from Catalonia. Applied Psycholinguistics 21: 23-44. 
Thomas, J. (1988). The role played by metalinguistic awareness in second and third language learning. Journal of Multilingual and Multicultural Development 9: 235-246. 
Valencia, J.F. & Cenoz, J. (1992). The role of bilingualism in foreign language acquisition: Learning English in the Basque country. Journal of Multilingual and Multicultural Development 13: 433-449. 

Muhammad Ahkam Arifin
Muhammad Ahkam Arifin Muhammad Ahkam Arifin is a Fulbright PhD student at Washington State University, US. He earned a master`s degree in TESOL from the University of Edinburgh & Applied Linguistics from the University of Melbourne.

Posting Komentar untuk "Kelebihan dan Kekurangan Menjadi Bilingual / Multilingual"